BLOG PILIHAN GENERASI LABALA

SELAMAT DATANG DI BLOG INI. TAAN ONEK TOU SOGA NARAN LEWOTANAH. LABALA TANAH TITEN.

Kamis, 18 Juli 2013

Suku Puhun, Pemilik Tanah Lewo Koba Sebelum Dibeli Oleh Raja Labala

Do You Know?

Suku Puhun, Pemilik Tanah Lewo Koba Sebelum Dibeli Oleh Raja Labala*


Oleh Muhammad Baran

Pasca terjadinya huru-hara di pusat kerajaan wutun Lewo nuba/ luki wutun (?) (Tanjung Leworaja), Raja Labala bersama ribu-ratunya (masyarakatnya) pindah ke lokasi yang dianggap aman dari penyerbuan orang luar.

Dengan persetujuan beberapa kepala-kepala suku, raja kemudian membeli tanah hasil kongsi (Patungan) dengan beberapa suku untuk membeli tanah dari orang lewo koba. Raja Labala membelinya dari suku Puhun dari lewokoba dengan harga: 1 pasang blo/blao (anting emas), 1 buah soru/ horu  (kampak batu jaman dahulu) dan 1 ekor  witi ina (kambing betina) dalam bahasa orang lewokoba.

Perlu diketahui, hingga saat ini bukti sejarah pembelian tanah berupa 1 pasang blo/blao, 1 buah horu/soru dari Raja Labala masih tersimpan di uma belen (rumah adat) suku puhun. Suku puhun  merupakan pemilik/ tuan tanah atas kawasan wisata alam panas bumi di karu lewopuho.

Selanjutnya, Tana Lawokoba ini kemudian diberi nama Ledo Ona. Ledo merupakan nama sejenis tumbuhan yang kini sudah hampir habis ditebang untuk bangunan rumah. Sekarang pohon ledo masih tersisa di sebelah utara SDN Kartini Labala.

Kampung ledo ona ini di kemudian hari dikenal dengan Labala Ledo Ona. Penamaan "Labala" hingga kini masih menjadi bahan perdebatan dengan asumsi, banyak versi terkait asal kata "Labala" .

Pendapat pertama:

mengatakan, "Labala" itu berasal dari kata "Lebala" singkatan dari Lewo Bala yang terdiri dari dua kata yaitu"Lewo" dan "Bala"  dimana "Lewo" dalam bahasa lamaholot artinya tanah atau kampung atau negeri.

Sedangkan "Bala" juga dalam bahasa lamaholot artinya gading gajah. Pendapat ini berlandaskan pada letak geografis Labala yang berada di tepian Pantai teluk Labala yang elok. Ini bisa dibuktikan ketika kampung labala dilihat dari bukit wolo, maka kampung labala terlihat berbentuk lengkungan indah dengan laut biru serupa gading gajah.

Pendapat kedua:

Mengatakan, "Labala" berasal dari nama suku penduduk asli orang labala yaitu suku Labala/Lebalehe yang berasal dari dua kata yaitu Lama Bala. Kata "Lama/Lamak" dalam bahasa lamaholot artinya suku/klan besar atau Suku belen. Kata "Lama" juga berarti piring/mangkuk/cawan yang biasa digunakan dalam ritual persembahan adat jaman dulu pada altar (nuba-nara). Situs altar (nuba-nara) ini hingga sekarang bisa dilihat di tanjung leworaja (Lewonuba). Orang labala menyebut altar/nuba-nara ini dengan "Nobe Mari" (Terletak dipinggir jalan tanjung leworaja) dan "Nobe Nuba Lagadoni" yang terletak ditengah bekas kampung tanjung leworaja (lewo nuba) yang kini telah ditutupi hutan lebat. Dari Kata "Lama/Lamak" orang labala mengenal istilah "Suku-Lama" atau "gelekat Suku-Lamak".

Sedangkan kata "Bala" berasal dari bahasa lamaholot yaitu gading gajah. Hanya saja kata "Bala" disini diambil dari nama keris pusakan suku Labala/lebalehe yaitu: Lei Jare, Koto Taran Bala (Berkaki kuda, bertanduk gading). Keris pusaka ini hingga kini tersimpan di Lango Berui (Rumah Adat Besar) suku Labala/lebalehe di Senera. Senera merupkan Rumah Adat induk Taran Wanan yang terdiri dari komunitas suku labala dan beberepa kle/klan lainnya seperti, Lamasoak, Lewokro, Lewo lerek, Lebao, Bakiona, Dua mudaj dan Lewo Hajon.

Penamaan Lama Bala (Lamabala) sebenarnya lebih logis bila ditinjau dari perspektif sejara adat istiadat, tradisi dan budaya orang lamaholot. Mengingat ada beberapa kampung yang menggunakan "Lama" didepan nama lokasi/tempat mereka berada seperti; Lama Lera (Desa Lamalera), Lama Kera (Desa Lamakera) di solor, Lama Hala (Desa Lamahala) di adonara dan beberapa kampung yang menggunakan kata "Lama".

Pendapat ketiga:

Mengatakan, "Labala" berasal dari kata "La" dan "Bala" yang berasal dari bahasa arab semenjak agama islam masuk di labala. Kata "La" artinya "Jangan" atau "tidak  sedangkan kata "Bala" berarti "Bencana". Pendapat ini berdasarkan riwayat beberapa kali terjadi bencan yang pernah  menimpa orang labala yang dimulai dari pelarian lepan-batan, terjadinya huru-hara/konflik internal dan serangan orang luar terhadap orang labala ketika Raja Labala dan ribu-ratunya masih berdomisili di lewo nuba (Sekarang tanjung leworaja). Setelah itu, Raja labala dan ribu-ratunya pindah ke tanah lewo koba (sekarang Desa Leworaja). Sesampai di tanah lewo koba, orang labala juga pernah ditimpa benjana yaitu musibah terbakarnya istana Raja labala dan terjadinya Tsunami pada awal tahun 1980-an yang menyebabkan jatuh korban.

Meski demikian, pendapat yang ketiga ini saya anggap terlalu lemah untuk dijadikan dasar karena Penamaan Labala/Lebala sudah ada jauh hari sebelum agama Islam masuk ke labala dibawa oleh pedagang-pedagang dari Lamahala

Demikianlah hingga hari ini nama Labala ini menjadi familiar baik oleh masyarakat yang merasa menjadi orang labala  karena pernah berada di bawah kekuasaan Raja Labala, maupun yang bukan orang labala.
=====================================================

*Komentar tentang keberadaan bukti sejarah pembelian tanah lewo koba ini dari Bapak Yosep Dolet Puhun . Menurutnya barang tersebut ada di rumah adat di suku puhun di lewokoba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar