BLOG PILIHAN GENERASI LABALA

SELAMAT DATANG DI BLOG INI. TAAN ONEK TOU SOGA NARAN LEWOTANAH. LABALA TANAH TITEN.

Minggu, 22 Desember 2013

Singkirkan Kepentingan Pribadi Menuju Pemilihan Legislatif (Pileg) Lembata 2014

Hadi Abdullah (Dok. Pribadi)

Berdasarkan musyawarah/kesepakatan Forum Labala Bersatu (Forlab) yang diikuti masyarakat dan tokoh masyarakat labala, Forum telah memutuskan secara bulat untuk mencalonkan Bapak Hadi Abdullah sebagai calon DPRD Lembata dengan Daerah Pemilihan (Dapil) 2: Nagawutun, Wulandoni, Atadei dan Lebatukan. Bapak Hadi Abdullah maju dengan kendaraan politik Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dengan nomor urut 1.

Dengan cita-cita membangun masyarakat Nagawutun, Wulandoni, Atadei, dan Lebatukan yang lebih baik, Hadi Abdullah berkomimen membantu memajukan potensi sektor budaya dan pariwisata yang selama ini cenderung terabaikan.

Pantai Pasir putih Mingar yang elok dengan Tanjung Suba wutunnya, Tradisi menangkap ikan paus Masyarakat Lamalera, Pasar barter Wulandoni dan Labala, hingga wisata alam panas bumi di karu lewopuho.

Oleh karena itu, singkirkan aneka prasangka yang berlebihan dan tanpa dasar.

Pai tite pile atadike titen yang sudah mendapat restu Ribu-ratu Lewotanah. Mumpung kesempatan titen none kae. Tite yang masih di perantauan dan berencana balik lewo, pe te bera balik supaya te pake hak pilih tite untuk te pile atadike titen nimun tou gerewa teti gedung peten Ina (DPRD) Lembata. Kalau bai sekare hala pe, te tede sampe arapira bali mure?

Sabtu, 21 Desember 2013

Hadi Abdullah: Untuk Labala yang Lebih Baik


Dok Pribadi (Hadi Abdullah)

Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) 2014 tinggal beberapa bulan lagi. Sebagai masyarakat yang memiliki hak pilih tentu kita ingin memilih siapa yang bakal menjadi perwakilan aspirasi bagi kepentingan dan kemaslahatan kita.

Untuk pemilihan legislatif (Pileg) 2014 mendatang, Labala sebagai representasi masyarakat di selatan kabupaten Lembata, kini memiliki beberapa tokoh yang akan di proyeksikan menjadi calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Lembata.

Untuk Daerah Pemilihan (Dapil) 2 yang meliputi, Nagawutun, Wulandoni, Atadei dan Lebatukan, Labala mengutus salah satu putra terbaiknya sebagai anggota DPRD, yaitu Drs. Hadi Abdullah. Politisi dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kabupaten Lembata ini diberi kepercayaan untuk membawa aspirasi masyarakat tiga kecamatan di Pantai selatan lembata tersebut.

Menurut Hadi Abdullah, berkomitmen dirinya untuk maju sebagai calon anggota legislatif bukan karena ambisi dan keinginan pribadi, namun demi membangun dan mensejahterahkan masyarakat di Dapil 2 Lembata. Menurutnya,selama ini pembangunan di selatan Lembata cendrung terabaikan.

Untuk itu, Lulusan Fisipol Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang ini ingin menjadikan masyarakat Labala dan sekitarnya yang kaya dengan sumber daya bahari dan sumber daya wisata dan budaya ini menjadi lebih sejahtera.

"Di wulandoni misalnya, kita punya wisata sejara dan budaya, juga wisata bahari yang bisa dieksplorasi sebagai sumber pendapatan masyarakat," ungkap Hadi Abdulla. Menurutnya, berkaca pada sejarah lembata yang kaya akan sumber daya alam dan tradisi budaya, bisa menjadikan lembata menjadi destinasi wisata.

Selain itu, masih menurut Politisi Partai Persatuan Pembangunan ini, di Dapil 2 hingga saat ini masyarakatnya masih mempertahankan adat dan tradisi luhur dan toleransi antar umat beragama yang bisa menjadi program pemerintah dalam meningkatkan pergaulan dan kesejahteraan mereka.

Masih menurut Hadi Abdullah, kekayaan adat dan tradisi tang diwariskan dari leluhur orang lamaholot sejatinya menjadi aset dalam menjalin relasi dan pergaulan tanpa membedakan agama, suku dan kepentingan antar golongan tertentu.

"Kekuatan kita adalah adat dan tradisi sehingga kita masih tetap menjalin relasi kekeluargaan. Mudah-mudahan kedepannya, masyarakat Labala dan sekitarnya lebih dewasa berpikir dan bertindak, tidak lagi hanya menjadi korban politik pihak-pihak tertentu yang sengaja mengambil keuntungan pribadi," harap Hadi Abdullah.(**)

Kamis, 19 Desember 2013

Asal Pelarian Raja Labala Dari Lepan-Batan.

Ula naga pe jelamaan leluhur suku Mayeli Atulangun. Ada diceritakan waktu di lepan-batan. Ada tiga orang bersaudara terdiri dari 2 orang perempuan dan seorang laki-laki bungsu yang ditinggal pergi/mati oleh orangtua mereka.

Suatu ketika musim kemarau yang panjang, si adik laki-laki kehausan dan minta minum air. Namun meski diberikan air, rasa haus sang adik tak pernah hilang. Akhirnya mereka membawa sang adik ke sungai dan disuru minum dengan menelungkup dan mulut terbuka agar air masuk ke dalam perutnya.

Namun lama kelamaan, sang adik berubah perlahan-lahan dimana kedua kakinya berubah menjadi ekor naga, terus sampai kebadannya berubah menjadi naga. Sebelum kepalanya berubah menjadi naga sepenuhnya, dia meminta kepada kedua kakaknya untuk pulang karena dia bukan lagi manusia. Pada saat sang adik berubah total menjadi seekor naga, kedua kakak perempuannya pun menangis tersedu dan kembali kerumahnya.

Sang naga kemudian menjadi penunggu sungai. Sampai pada suatu ketika anak-anak Raja pergi bermain dan mandi di sungai. Ketika pulang, ada salah satu diantara anak raja yang diambil (dimakan) oleh naga. Hal ini terjadi beberapa kali ketika anak-anak raja pergi mandi di sungai.

Akhirnya sang raja mengutus salah seorang abdi kerajaan untuk menjaga anak-anaknya saat mandi dan ditugasi meneliti makhluk apa gerangan yang telah mengambil (memakan) anak-anaknya.

Alangkah terkejutnya si abdi kerajaan ketika mengetahui kalau yang memangsa salah satu anaknya adalah seekor Ular Naga yang bersembunyi didalam pohon (Uho Puke). Sang abdi raja pun kembali dan melaporkan kejadian yang sebenarnya.

Setelah mendapatkan laporan yang sebenarnya, raja mengutus pasukannya untuk membunuh naga tersebut dengan memancing sang naga keluar dari persembunyiannya. Sebelum membunuh naga, raja pasukan raja telah menyiapkan makanan sebagai pancingan berupa bubur wette (lupa nama bahasa indonesianya), beberapa tandang pisang dan beberapa jenis makanan pancungan lainnya.

Setelah sang naga terpancing dengan makanan pancingan para pasukan raja telah siap sedia dengan tombak besi yang dipanaskan. Saat sang naga membuka mulut, para pasukan raja menikamnya dengan tempuling besi yang masih panas membara. Perkelahian antara pasukan raja dan naga terus berlanjut hingga malam. Akhirnya sang naga lemas dan pinsang. Para pasukan raja pun kembali karena menyangka sang naga telah mati.

Keesokan harinya tak disangka, bencana menimpa raja dan ribu-ratunya. Air laut naik dan nyaris menenggelamkan kampung sang raja. Maka raja memerintahkan ribu-ratunya membuat perahu sebagai langkah antisipasi jika kampung sang raja benar-benar tertelan air bah. Dan ternyata dugaan sang raja benar adanya. Segera setelah perehu selesai dibuat dan semua warga masuk perahu, air laut pun menenggelamkan kampung sang raja. Akhirnya Raja dan ribu-ratunya terdampar di tanjung lewonuba (leworaja) dan melakukan perjanjian dengan penduduk asli di tanjung Lewonuba yaitu Dewa kake dan Dewa Ari untuk sama-sama bermukim di tanjung lewonuba. (**)

Masih ada kelanjutan cerita sang raja dalam perjalanan berlayar bersama ribu-ratunya hingga perahu yang digunakan kemudian berubah menjadi batu. Sebenarnya dalam perjalanan ke Lewonuba, ada dua perahu yaitu perahu raja dan perahu suku Lamabai Leragere yang bersandar di kemeruwutun. Selanjutnya, silahkan mencari tahu sendiri...

Maaf kalau ada yang kurang dalam cerita ini. Terima kasih...

Sejarah Munaseli dan Solor Watan Lema

Solor Watan Lema

Oleh Hamba Moehammad

Malam minggu kumpul bersama adik-adik di sekretariat Himpinan Pemuda Pelajar Labala Lembata (HIPPALL)-Makassar. Diiringi lagu daerah yang berjudul "Solor Watan Lema". Lagu berbahasa lamaholot ini dinyanyikan oleh pemyanyi asal Lamahala bernama Saff Atasoge. Lagu ini menceritakan kebesaran 5 kerajaan di pesisir kepulauan solor yang kemudian hari terkenal dengan "Solor Watan Lema" atau 5 kerajaan islam.

(Nuan nowin kapek lelu. Gajah Mada pakan marin: lamaholot nolo nai, solor watan lema kae)
 

Lagu ini mengetengahkan sedikit fakta, bahwa menurut buku Negara Kartagama yang ditulis oleh  Mpu Prapanca, bahwa pada zaman kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Raja Hayam Wuruk dan Maha Patih Gajah Mada yang bercita-cita mempersatikan nusantara, pernah mengutus pasukannya Ke Munaseli (pusat kersajaan solor watan lema tempo dulu)

Menurut catatan tersebut, Solor watan lema dahulu dikenal dengan "Galiau Watang Lema" dengan ibu kota kerajaan adalah Munaseli yang kemudian hilang (tenggelam) karena air bah. Munaseli menurut cerita sejarah orang lamaholot adalah kerajaan yang berkuasa di pulau Lepan-Batan

Dalam perjalanan misi mempertsatukan nusantara, para pasukan kerajaan Maja Pahit ini membawa serta sebuah prasasti yaitu ukiran titah raja Hayam Wuruk. Titah raja tersebut menggunakan tulisan jawa kuno (kawi) yang dipahat pada sebuah bilah kayu jati dan diserahkan kepada raja yang berkuasa di Munaseli saat itu.

Pasca terjadinya air bah (tsunami) sekitar tahun 1600 Masehi yang menenggelamkan munaseli, Raja dan rakyatnya kemudian terpencar sepanjang  kepulauan solor dan membentuk kerajaan baru yang kemudian dikenal dengan "Solor watan lema".

(Gaha gapen teti moto wutun, Bala lau lamaronga. Pae wenge honik dahan, ola lau hayon haka)

Yang jadi pertanyaan hingga saat ini adalah siapakah raja yang berkuasa   pada saat pasukan maja pahit menginjakkan kaki di Munaseli dan menyerahkan prasasti titah raja Hayam Wuruk yang bertuliskan aksara jawa kuno di atas kayu jati tersebut?

Saya tak punya data yang bisa mendukung argumentasi saya, namun hingga kini ada bukti sejarah yang dimiliki oleh Raja Labala yang kiranya bisa mengungkap tabir sejara pulau munaseli yang tenggelam itu yaitu keberadaan prasasti kayu jati bertuliskan aksara jawa kuno (kawi) yang hingga kini tersimpan di rumah adat Raja Mayeli yang merupakan raja yang menurut cerita, memimpin pelarian dari munaseli.

(Dahan getan date lali watan pao, Tuso gasuk lala labot. Gawe gere lali terong au koli, lema gahan raan ehan, solor watan lema kae)


Asal Muasal Lepan-Batan

Bagi masyarakat di kepulauan solor yang meliputi Flores Timur, Solor, Adonara, Lembata, Alor dan kepulauan pantar, mendengar kata "Munaseli" tidaklah asing di telinga.

Menurut riwayat, Munaseli merupakan sebuah daratan/pulau jaman dulu yang terletak persis di antara pulau lembata di sebelah barat, Pulau alor di sebelah tenggara, dan kepulauan pantar di sebelah selatan. Pulau ini kemudian hilang/tenggelam setelah disapu sunami dahsyat.

Diduga Munaseli merupakan asal muasal dari daratan/pulau lepan-batan di masa lampau yang tenggelam itu. Pasca bencana air bah tersebut, terjadi eksodus besar-besaran orang lepan-batan yang kemudian tersebar di Pulau alor. pulau lembata, adonara, dan flores timur daratan.

Bukti keberadaan Munaseli sebagai Lepan-batan yang hilang itu hingga kini bisa dilihat dengan masih tersisanya artefak masa lalu berupa bangunan bawah laut di perairan alor dan kepulauan pantar.

Di labala masyarakat mengenal legenda/cerita "manu sili goko (Munaseli)", seekor ayam sakti yang bisa mendatangkan apa saja sesuai permintaan. Cerita "manus sili goko (Munaseli)" ini erat kaitannya dengan cerita rakyat Munaseli (lepan-batan) tempo doeloe.

Pada masa lalu, kepulauan alor dan pantar yang berpusat di munaseli merupakan daerah penghasil biji kenari dan Solor yang berpusat di Lohayon dan Lamakera merupakan daerah penghasil kayu cendana sehingga menjadi bagian dari jalur perdagangan nusantara.

Bahkan catatan tertua Negarakertagama karya Mpu Prapanca (abad ke-14) telah menyebut alor dan solor. Tentara majapahit dikabarkan mengirim pasukan ke daerah alor yang bernama Munaseli.

Dalam buku Negarakertagama itu disebutkan, ada wilayah "Galiau Watan Lema" atau daerah pesisir pantai kepulauan.Galiau terdiri atas lima kerajaan yaitu Kui dan Bunga Bali dan Alor serta Blagar, Pandau dan Baranua di pantar.

Jika ini benar, maka sejarah Munaseli sedikit banyak ada berhubungan dengan orang labala yang menurut cerita turun-temurun berasal dari Munaseli (lepan-batan). Ini terbukti ketika pelarian dari lepan-batan, Raja Mayeli saat itu membawa serta prasasti kayu jati yang bertuliskan huruf palawa (jawa kuno).

Alor juga disebutkan dalam catatan perjalanan keliling dunia kapal spanyol yang ditulis oleh antonio pigaffera pada tanggal 8-25 Januari 1522.

Juga jejak peradaban Solor yang populer pada abad ke-14 sampai 16 dengan hutan cendana. Keharuman cendana membuat Portugis dan Belanda berebut pulau kecil yang berbukit-bukit itu.

Solor tercatat dalam sejarah petualangan kolonial Portugis dan Belanda. Ada benteng Fort Hendrikus (Benteng Lohayong), reruntuhan seminari Katolik pertama di Indonesia, tapi ada juga dua kerajaan Islam terkenal di pulau yang panjangnya kira-kira 60 km, lebar 15-20 km itu, yakni Lohayong dan Lamakera.

Sampai sekarang nelayan Lamakera, bersama Lamalera di Pulau Lembata, punya tradisi berburu ikan paus di Laut Sawu. Menombak mamalia laut itu dengan alat yang sangat sederhana. (**)

Diolah dari sumber:
-Kliping Koran Nasional Harian Kompas (Edisi Jumat, 13 Desember 2013)
-Hurek.blogspot.com