BLOG PILIHAN GENERASI LABALA

SELAMAT DATANG DI BLOG INI. TAAN ONEK TOU SOGA NARAN LEWOTANAH. LABALA TANAH TITEN.

Kamis, 19 Desember 2013

Asal Pelarian Raja Labala Dari Lepan-Batan.

Ula naga pe jelamaan leluhur suku Mayeli Atulangun. Ada diceritakan waktu di lepan-batan. Ada tiga orang bersaudara terdiri dari 2 orang perempuan dan seorang laki-laki bungsu yang ditinggal pergi/mati oleh orangtua mereka.

Suatu ketika musim kemarau yang panjang, si adik laki-laki kehausan dan minta minum air. Namun meski diberikan air, rasa haus sang adik tak pernah hilang. Akhirnya mereka membawa sang adik ke sungai dan disuru minum dengan menelungkup dan mulut terbuka agar air masuk ke dalam perutnya.

Namun lama kelamaan, sang adik berubah perlahan-lahan dimana kedua kakinya berubah menjadi ekor naga, terus sampai kebadannya berubah menjadi naga. Sebelum kepalanya berubah menjadi naga sepenuhnya, dia meminta kepada kedua kakaknya untuk pulang karena dia bukan lagi manusia. Pada saat sang adik berubah total menjadi seekor naga, kedua kakak perempuannya pun menangis tersedu dan kembali kerumahnya.

Sang naga kemudian menjadi penunggu sungai. Sampai pada suatu ketika anak-anak Raja pergi bermain dan mandi di sungai. Ketika pulang, ada salah satu diantara anak raja yang diambil (dimakan) oleh naga. Hal ini terjadi beberapa kali ketika anak-anak raja pergi mandi di sungai.

Akhirnya sang raja mengutus salah seorang abdi kerajaan untuk menjaga anak-anaknya saat mandi dan ditugasi meneliti makhluk apa gerangan yang telah mengambil (memakan) anak-anaknya.

Alangkah terkejutnya si abdi kerajaan ketika mengetahui kalau yang memangsa salah satu anaknya adalah seekor Ular Naga yang bersembunyi didalam pohon (Uho Puke). Sang abdi raja pun kembali dan melaporkan kejadian yang sebenarnya.

Setelah mendapatkan laporan yang sebenarnya, raja mengutus pasukannya untuk membunuh naga tersebut dengan memancing sang naga keluar dari persembunyiannya. Sebelum membunuh naga, raja pasukan raja telah menyiapkan makanan sebagai pancingan berupa bubur wette (lupa nama bahasa indonesianya), beberapa tandang pisang dan beberapa jenis makanan pancungan lainnya.

Setelah sang naga terpancing dengan makanan pancingan para pasukan raja telah siap sedia dengan tombak besi yang dipanaskan. Saat sang naga membuka mulut, para pasukan raja menikamnya dengan tempuling besi yang masih panas membara. Perkelahian antara pasukan raja dan naga terus berlanjut hingga malam. Akhirnya sang naga lemas dan pinsang. Para pasukan raja pun kembali karena menyangka sang naga telah mati.

Keesokan harinya tak disangka, bencana menimpa raja dan ribu-ratunya. Air laut naik dan nyaris menenggelamkan kampung sang raja. Maka raja memerintahkan ribu-ratunya membuat perahu sebagai langkah antisipasi jika kampung sang raja benar-benar tertelan air bah. Dan ternyata dugaan sang raja benar adanya. Segera setelah perehu selesai dibuat dan semua warga masuk perahu, air laut pun menenggelamkan kampung sang raja. Akhirnya Raja dan ribu-ratunya terdampar di tanjung lewonuba (leworaja) dan melakukan perjanjian dengan penduduk asli di tanjung Lewonuba yaitu Dewa kake dan Dewa Ari untuk sama-sama bermukim di tanjung lewonuba. (**)

Masih ada kelanjutan cerita sang raja dalam perjalanan berlayar bersama ribu-ratunya hingga perahu yang digunakan kemudian berubah menjadi batu. Sebenarnya dalam perjalanan ke Lewonuba, ada dua perahu yaitu perahu raja dan perahu suku Lamabai Leragere yang bersandar di kemeruwutun. Selanjutnya, silahkan mencari tahu sendiri...

Maaf kalau ada yang kurang dalam cerita ini. Terima kasih...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar