BLOG PILIHAN GENERASI LABALA

SELAMAT DATANG DI BLOG INI. TAAN ONEK TOU SOGA NARAN LEWOTANAH. LABALA TANAH TITEN.

Minggu, 19 Mei 2013

Perempuan Labala (2)


Sayang Go Binek e….

Oleh Muhammad Baran

Sayang go binek e…
Lodo pana dore mai
Welin bala rua, rae raan ro kae

pada kesempatan ini, meski sangat terbatas,  izinkan saya  sedikit mengulas tentang peran perempuan lamaholot, khususnya perempuan labala, kampung halaman saya. Peran yang saya maksudkan di sini adalah peran dalam kultur social budaya dan adat istiadat sebagai masyarakat lamaholot.
Di sini saya hanya membahas eksistensi dan peran  perempuan lamaholot saat menjelang  dan  dan setelah pernikahannya dengan laki-laki yang kelak menjadi suaminya, dan mengemban tugas sebagai ibu dari anak-anaknya.

Umumnya perempuan lamaholot, termasuk perempuan labala, sebelum berkeluarga, setiap keluarga sudah membekali anak perempuannya dengan keterampilan sebagai seorang perempuan. Keterampilan ini diharapkan menjadi bekal ketika kelak anak perempuan menjadi ibu rumah tangga dalam keluarga suami.

Pai tite hama-hama
soka sele mura rame
Nawo bine tite, maso suku wuun nae


Sebagai mana adat orang lamaholot pada umumnya anak perempuan yang masih kebarek (gadis) diajarkan keterampilan biho behi (memasak), tane tenane (menenun), ola belo atau mula belo (berkebun), hewi atau hewing (menganyam) dan beberapa keterampilan yang menjadi kewajiban seorang perempuan lamaholot sebelum memasuki jenjang perkawinan.. 

Pekerjaan dapur yang paling utama yang diajarkan inak (ibu) kepada kebarek(anak gadisnya) adalah petu wata (titi jagung). Ritual petu wata ini merupakan ritual wajib yang harus dipelajari seorang anak gadis lamaholot.

Selain petu wata, keterampilan  wajib lainnya yang dibekalkan inak kepada anak perempuannya adalah keterampilan tane tenane (menenun/tenun ikat). Untuk mahir menenun, Perempuan lamaholot terlebih dahulu menguasai keterempilan dasar dalam proses menenun. Keterempilan dasar yang dimaksud misalnya, kedu lelu (memintal benang kapas),  setelah benang kapas di pintal, perempuan lamaholot juga harus terampil hemma tou yaitu keterampilan mewarnai benang yang telah dipintal.

Sistem pewarnaan benang tenun menggunakan bahan alami berupa kelore (kulit akar mengkudu), apu (kapur sirih), tou (sejenis daun tumbuhan sebagai pewarna). Ketiga bahan dasar ini dihaluskan kemudian dicampur dengan air dan disimpan dalam keluba (belanga/periuk tanah) yang berisi benang yang sudah di pintal. Proses selanjutnya adalah mendiamkan benang tenun yang telah dicampur pewarna tersebut selama dua sampai tiga hari untuk memastikan pewarna merata dan benar-benar larut dengan benang.

Hasil dari keterampilan menenun adalah kewatek (sarung adat perempuan) dan Nowing (sarung adat laki-laki). Kedua keterampilan utama  yaitu petu wata dan tane tenane ini merupakan syarat mutlak  dikuasai sebelum seorang anak perempuan memasuki tahap atau jenjang kehidupan berkeluarga.

Sayang, sayang go binek e...
sayang go binek e.
gelekat suku wuun moe.
Gelekat maan sare-sare,
ake maan onem kuran.


Anak perempuan orang lamaholot juga sejak dini diajarkan untuk pintar ola belo atau mula belo duli-pali (bercocok tanam) di kebun. Keterampilan bercocok tanam ini sangat penting mengingat ini merupakan salah satu pekerjaan pokok perempuan lamaholot yang umumnya di tinggal pergi kelake (suami) ketika merantau.
Begitu juga, anak perempuan lamaholot harus bisa hewi atau hewing (menganyam). Umumnya keterampilan menganyam ini akan menghasilkan aneka kerajinan tangan seperti tikar sebagai alas tidur, penampih untuk menampih beras padi atau beras jagung, dan aneka mawa (Baskom) atau tempat yang digunakan untuk menyimpan hasil panen atau benih dalam jangka waktu yang panjang. Keterampilan lain yang juga dikuasai perempuan lamaholot adalah menganyam kote wili (kotak gendong) dan wajak yang berfungsi untuk menyimpan wua-malu (sirih-pinang) saat pesta pelaksanaan adat atau acara kematian. Perempuan lamaholot memiliki kebiasaan mengunyah sirih. Semua kerajinan anyaman ini menggunakan bahan dasar koli lolon (daun lontar)  atau pede lolon (daun pandan) yang sudah dikeringkan.

Demikianlah beberapa keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh perempuan lamaholot sebelum mengarungi bahtera kehidupan bersama suami dan keluarga besar suku atau klan suami. Bila keterempilan dasar ini tidak dikuasai maka kemungkinan perempuan akan kewalahan dalam mengurus kehidupan rumah tangganya.

Pana gawe maan sare
Hukut kame naam ia…
Tobo napun bala, binek goe retero kae.. (**)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar