Bicara budaya toleransi antar umat beragama di indonesia akhir-akhir
ini, kita kerap dibuat berkerut dahi. Pasalnya sikap arogansi yang
ditunjukan sebagian masyarakat di negeri ini, kerap membuat cita-cita
toleransi antar umat beragama menjadi mandeg.
Namun kemandegan toleransi ini tidak berlaku di kampung halaman saya, di
Kabupaten Lembata. Disana, justru perbedaan agama menjadikan mereka
berbaur, bergaul dan melakukan aktifitas sosial kemasyaarakatan tanpa
memandang perbedaan agama. Hal ini tak lepas dari kuatnya tradisi dan
budaya egaliter masyarakat Lamaholot.
orang lamaholot terkenal dengan budaya Penetan/Pnetan yaitu aktifitas
jual beli dengan mempertahankan jual beli sistem barter, meski
sebenarnya di sana masyarakat telah lama mengenal uang. Bahkan aktifitas
budaya penetan/pnetan (jual beli sistem barter) ini hingga kini masih
di lestarikan. Pencaknya terjadi pada hari rabu di pasar Labala dan
setiap hari sabtu di pasar wulandoni.
Di pasar barter Labala dan wulandoni inilah kita akan menemukan realita
interaksi sosial ata kiwan (orang gunung) yang mayoritas Kristiani dan
ata watan (orang pantai) yang mayoritas Muslim, melakukan transaksi
tukar menukar ikan dengan beras, buah alpukat, tomat dan kebutuhan pokok
lainnya.
Tradisi dan budaya penetan/pnetan inilah menjadi pagar lestarinya
semangat toleransi umat bergama. Betapa tidak, dalam budaya
penetan/pnetan, masyarakaat lamaholot diharuskan bergaul dan berbaur
dengan semua orang dari berbagai kalangan, baik mereka yang muslim
maupun meraka yang kristen atau yang memiliki keyakinan lainnya. Tradisi
dan budaya penetan/pnetan merupakan tradisi luhur yang diwariskan oleh
nenek moyang orang lamaholot di kecamatan Wulandoni dan kecamatan
Atadei, Kabupaten Lembata.
Selain tradisi penetan/pnetan, Anda mungkin pernah mendengar orang-orang
lamaholot dari Desa Lamalera di Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata
yang memiliki tradisi unik menangkap ikan paus. Tradisi
menangkap/menombak ikan paus secara tradisional ini merupakan salah satu
tradisi yang paling terkenal di indonesia. Tradisi ini dilakukan saat
lewa nuan/ lefa nuan (musim melaut).
Dari tradisi mangkap ikan paus inilah, orang lamalera mempertahankan dan
melestarikan tradisi penetan/pnetan hingga kini. Orang Lamalera
melestrarikan budaaya penetan dengan menukar hasil tangkapaan paus
dengan kebutuhan pangan di pasar barter Labala dan Pasar Barter
Wulandoni. Tradisi unik yang barangkali hanya ada di pasar wulandoni dan
labala. Kerukunan yang berawal dari aktifitas niaga secaraa tradisional
ini kemudaian menjalar keberbagaai aktifitas sosial lainnya, termasuk
aktifitas keagaamaan masyaarakat lamaholot.
Bila anda jalan-jalan ke Kabupaten Flores Timur dan Lembata di bulan
Ramadhan dan saat jelang idul fitri misalnya, anda akan mendapati bentuk
toleransi nyata dimana orang lamaholot yang kristiani akan menjadi
panitia pelaksanaan idul fitri. Di bulan ramadhan, jelang saat buka
puasa, seorang muslim lamaholot akan dijamu oleh seorang lamaholot
kristiani untuk bersama berbuka puasa. Tentu saja si orang lamaholot
yang kristiani ini tahu bagaimana adab melayani teman muslimnya. Begitu
juga sebaliknya bila ada perayaan natal, saudara lamaholot yang muslim
akan menjadi panitia pelaksana hari besar tersebut.
Dari sini kita bisa belajaar, bahwa betapapun perbedaan yang kita
miliki, tidak serta merta menjadikan kita berjarak dengan sesama kita
yang lain. Apapun latar belakang sosial dan keyakinannya. Satu hal yang
perlu dicatat: Ternyata tradisi dan budaya memiliki andil positif dalam
menjaga kerukuan antar umat beragama seperti tradisi dan budaya
penetan/pnetan yang di aktualisasikan orang lamaholot dalam wujud
interaksi jual beli di pasar barter Labala dan Pasar barter wulandoni di
kecamatan wulandoni, Kabupaten Lembata-NTT. (**)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar