Usu-Asa Atadiken; Bunga Buto
(Lewotanah; Lera Wulan Tanah
ekan; Usu Asa Titen; Atadike...)
Usu-asa atadiken, Bunga Buto
(asal-usul kejadian/penciptaan manusia dari delapan unsur ciptaan). Delapan
unsur ini saling berpasangan diantaranya; Kowa
kelle-lewotanah (Langit angkasa-Bumi pertiwi), wulan-wai (bulan-air), Lera-Tanah
(matahari-tanah), belia/atep-ape (bintang-api).
Usu tanah tawa....
Antara air (sejuk namun juga
bergelombang) dan api (menghangatkan tapi juga menghanguskan), bila menyatu akan
menjadi uap (awan) yang kelak melahirkan hujan (rahmat)...
Antara tanah (tenang namun bisa
gempa, retak koyak) dan udara (napas hidup tapi bisa menjadi badai yang meluluh
lantakkan), bila menyatu akan menjadi debu (humus) yang kelak menjadi unsur
hara (karunia)...
Antara hujan (air-api) dan unsur
hara (tanah-udara), bila menyatu akan menjadi sari pati (nikmat). yang kelak
menumbuhkan/melahirkan bakal kehidupan sebagai pertanda (bukti/tanda/ayat
kebesaran-Nya)...
Dari air, api, tanah dan udara,
bila menyatu/bersenyawa, maka kelak akan menumbuhkan tubuh (tumbuhan),
melahirkan raga/jasad (manusia dan hewan), Sebagai ciptaan sang Pencipta,
makhluk Sang Khalik...
Asa Ekan Gere....
Agar tubuh menjadi tumbuhan, agar
jasad menjadi jasmani, maka tubuh dan jasad itu harus mendapat energi kehidupan
atau senyawa (nyawa/ruh) kehidupan...
Dari mana asal/sumber energi
kehidupan itu? Dari mana asal senyawa (nyawa/ruh) yang menjadi sumber asal
energi kehidupan itu? Adalah dari kemurahan (rahmat) sinar matahari ilahi.
Tua Lera wulan, Alap Tanah
ekan....
Dialah Sang Khalik Pencipta. Kita
menyebutnya; Tuhan, Allah, Yahwe, Sang Hyang Widhi dsb... Dialah Rabb Alamin,
yang empunya Alam semesta, Dialah
pemilik kosmos raya... kerajaan-Nya meliputi langit, bumi dan apa yang
ada di antara keduanya...
Yang dengan kehendak-Nya,
memberlakukan hukum alam proses photosintesis kehidupan, yaitu penyatuan
senyawa/energi kehidupan dengan tubuh atau jasad/raga...
Dengan apa Tuhan menyatukan
nyawa/ruh dengan Jasad? dengan Koda-kiri (Sabda Ilahiah, firman suci). Dengan,
Kun Fayakuun= Jadilah! maka terjadilah apa yang dikehendaki-Nya...
Maka lahirlah bukti kehendak-Nya
berupa kehidupan; tubuh menjadi tumbuhan, raga/jasad menjadi manusia dan hewan,
alam semesta, dsb...
Ata Dike ata sare; Ata budi dike, Ata akal sare, onek bura puhu lae...
Dari semua bukti kehidupan itu,
hanya Atadiken (manusia) yang menjadi bukti paling otentik akan
kemahakuasaan-Nya. kepada manusia Tua Lera Wulan-Alap Tanah Ekan (Sang Khalik) melebihkan
karunia-Nya; diberikannya manusia akal, budi dan hati yang kelak melahirkan Adat (akhlak/adab=peradaban), Budaya (budi/daya=kebudayaan), Hati (spiritualitas/iman).
Akal untuk menciptakan peradaban
spiritual, budi untuk melahirkan kebudayaan material, Dan Hati nurani akan
menciptakan dialektika yang harmonis antara akal (spiritual) dan budi
(material), yang kelak melahirkan manusia sebagai Atadike= orang baik/orang
berbudi-adat/manusia suci= Insan Kamil/manusia paripurna....
Itulah mengapa manusia dititipkan
amanah; menjadi Khalifah (pemimpin/wakil Tuhan) di muka bumi; mengemban misi
suci, menjadi Rahmatan Lil Alamin, sebagai personifikasi kasih-sayang Tuhan
kepada semesta....
Gelekat lewo Gewayan tanah...
Dalam perjalanan hidupnya, misi
utama manusia adalah gelekat lewo dan gewayan tanah. Gelekat= beribadah yaitu berbakti
(kepada Sang Khalik), gewayan=melayani/mengabdi yaitu berbakti (kepada sesama
makhluk)...
Berbakti (beribadah) adalah
kewajiban manusia. Berbakti/beribadah ialah patuh dan taat atas perintah dan
larangan (mengerjakan kebajikan dan menjauhi kejahatan). Membantu dan menolong,
menciptakan keseimbangan tatanan kehidupan semesta alam itulah hakikat ibadah
yang sesungguhnya. Kepada Lewo
(alam/Langit keilahian), juga kepada tanah (dunia/bumi kemanusiaan), kepada
alam semesta (yang gaib maupun yang nyata)...
Dengan apa manusia menunjukkan
baktinya? Dengan akal spiritual, dengan budi material, juga dengan hati nurani.
Dengan peradaban yang melangit (iman), dengan kebudayaan yang membumi (akhlak),
juga kesadaran akan tanggungjawab sebagai insan paripurna...
Bagaimana cara manusia berbakti? adalah
dengan beramal bakti, mengamalkan/mengaplikasikan akal, budi dan hatinya. Orang
beragama menyebutnya, Beramal Shaleh yaitu menghasilkan, memproduksi,
menciptakan Maha Karya yang paling otentik, orisinil dan tentu saja bermanfaat
kepaa sesama dan semesta (gaib dan nyata)...
Kepada siapa manusia berbakti?
Kepada Lewotanah= Lera wulan-Tanah ekan= Berkah Keramah= Alape(n)= Rabb=Pemilik
Sejati= sang pencipta dan segala ciptaan-Nya. Kita menyebutnya dengan berbagai
nama dan sifat; yang maha pengasih-penyayang, yang maha kuasa, yang maha
perkasa, dsb. Kita menyebutnya dengan berbagai sebutan dan gelar; Tuhan, God,
Hyang Wenang, Yahwe, Eli dls. Kita memanggilnya dengan; Elohim, Allahumma, om
astyastu, Aleluya (yang maha terpuji) dll. Dan pada akhirnya semua kata dan
panggilan untuk-Nya itu kembali kepada asal, yaitu Alape (pemilik/tuan)= Allah
(Pemilik sejati)...
Wua-Malu= Waja-Dopi....
Wua-malu adalah simbol dualitas
sifat ketuhanan sekaligus kemanusiaan yaitu simbol pasangan kosmis
(khalik-makhluk). Pada manusia, wua-malu adalah simbol pasangan gender/jenis
kelamin. Wua= Pinang adalah simbol Maskulin (jantan/laki-laki). Malu simbol
feminim (perempuan). Wua adalah lambang keterbukaan pikiran laki-laki, dan malu
adalah lambang kehormatan dan harga diri perempuan.
Wua-Malu= KeLake-KeWae=
KeMamun-KeBarek= Ina Wae-Ama Lake= Naan-Bine= Laki-laki-perempuan= kakak-adik=
saudara-saudari= putra-putri... dst.
Waja= ola= gelekat= kerja=mengabdi
(sifat laki-laki). Dopi= gerian= memelihara= melayani= melengkapi (sifat
perempuan). Waja-dopi= menjadi pengabdi dan pelayan= Kewajiban manusia
(laki-laki dan perempuan) mengabdi kepada Sang Khalik dan pelayan bagi sesama
an semesta...
Ape-Padu= Hoto-Hula....
Ape-padu= api dan pelita= sumber
cahaya= pedoman. Hoto-Hula= fungsi menerangi= jalan yang diterangi= untuk
keselamatan jalan menuju tujuan, kembali pulang ke asal kejadian, mudik ke usul
penciptaan.
Dalam beramal bakti, manusia
dengan kesadaran jasmani dan ruhaninya, menyerap sifat kemanusiaan bumi; Menjadi
Tanah Ekan. Menjadi bumi yang subur, menjadi pelayan; kepada Tua/Alap (khalik),
juga kepada sesama atadiken (manusia) dan semesta (makhluk).
Dalam menunjukkan baktinya,
manusia menyerap sifat keilahian; Menjadi Lera wulan. Menjadi sinar dan cahaya
kehidupan. Sebagai Lera/rera= matahari; menjadi sinar di siang hari, menjadi
naungan di kala perjalanan siang yang panas, terik dan melelahkan. Sebagai
wulan= bulan, Blia= bintang; menjadi cahaya di malam hari, menjadi petunjuk
bila malam gelap dan dingin yang membekukan
Jika sifat-sifat unggul dan berkualitas ini diaplikasikan, maka keniki-pelatin (bencana) akan menjauh, dan geleten-gelara (musibah) akan terhindarkan. Keselamatan perjalanan akan menyertai sampai ke tujuan, keseimbangan alam tetap terjaga, hidup jauh dari mara bahaya dan aneka petaka....
Jika sifat-sifat unggul dan berkualitas ini diaplikasikan, maka keniki-pelatin (bencana) akan menjauh, dan geleten-gelara (musibah) akan terhindarkan. Keselamatan perjalanan akan menyertai sampai ke tujuan, keseimbangan alam tetap terjaga, hidup jauh dari mara bahaya dan aneka petaka....
Tuen taan lewo haka tai, balik tala tanah aen gere....
Pada akhirnya, tak ada yang abadi
memang. Semuanya akan kembali. Tak terkecuali manusia. Manusia akan kembali ke
asal mulanya, pulang ke usul sejatinya; Lewotanah (asal kejadian/asal pnciptaan)...
Tubuh/Jasad/raga akan kembali ke
asal mulanya, dan senyawa (nyawa/ruh) akan pulang ke usul sejatinya. Bukankah
ada dikatakan, karena dari-Nya asal usul kita, maka kepada-Nya kembali
kita?
Inna il Allah hi wa inna ilaih hi
raaji’uun. Yah dari lewotanah usu-asa
kita, dan kepada lewotanah pula kita akan kembali pulang. Suatu saat
nanti. Entah kapan, tapi pasti. (**)
Catatan: tulisan ini sekadar
penjabaran penulis menurut perspektif adat orang Lamaholot Labala. Mohon maaf
bila ada yang keliru/salah. Hal yang tersulit adalah mengurai istilah/bahasa
adat ke dalam istilah/bahasa indonesia yang sesuai dengan apa yang dimaksudkan.
Silahkan dilengkapi bila ada yang masih kurang/keliru. Semoga bermanfaat. salam.
~AtaLabala~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar