Ole Nete Doan Kae
Saya teringat ketika
masa kecil dulu. Ada sebuah lagu yang sering dinyanyikan Inak-inak kami ketika
hendak tidur. Kalau tidak salah, judulnya “Ole Nete Doan Kae”. Lagu ini
memiliki beberapa versi lirik.
Doan... doan kae, ole nete nete doan kae...
Jamaknya orang
Lamaholot adalah perantau. Kebiasaan meninggalkan kampong halaman dalam waktu
lama (kadang hingga 20-30 tahun) ini kemudian menjadi budaya yang melekat pada masyarakat
yang berdiam di Kabupaten Flores Timur, Lembata dan Alor ini.
Selain karena alasan lingkungan
hidup yang gersang sehingga memaksa orang-orang lama holot untuk keluar mencari
kerjaan yang layak untuk menghidupi keluarga, orang Lamaholot ini memang
perantau dan pengembara yang andal.
Maka untuk mengenang kampong
halaman nun jauh, orang lamaholot biasanya mengekspresikan kerinduan akan
lewotanahnya dengan bersenandung yang dalam istilah bahasa Lamaholot biasa
disebut “Oreng”. Senandung yang
berupa syair pelipur lara ini merupakan obat oenawar rindu.
Hal yang mengesankan
dari orang lamaholot adalah, ketika jauh dari Lewotanah, maka rasa cinta akan
semakin besar dicurahkan. Maka tak heran banyak sekali kita dapati kata-kata
bijak khas orang lamaholot yang diperuntukkan bagi perantau agar meski jauh,
namun hati dan perasaannya senantiasa mengingat dan mengenang kampong halaman.
“Pana doan lau ata ekan. Mai seba nasib saren,
balik gelekat lewotanah-suku ekan” Demikian dia ntara nasiehat bijak yang di sampaikan oleh
inak-amak di kampong.
Seperti saya, yang
juga adalah perantau (menuntut ilmu alias sekolah), inak dan amak selalu
mengingatkan falsafah hidup orang lamaholot yang gemar merantau: Jaga leik,
liko limak, lapak onek.
susah niki niki wai take
bayang tena tena mete tani...
bayang tena tena mete tani...
Syair
tentang orang Lamaholot yang terbawa arus ke negeri yang jauh di rantau. Tak punya
bekal makanan dan minuman. Tak punya uang untuk ongkos pulang.
Akhirnya, telantar di negeri orang. Membayangkan LEWOTANAH LAMAHOLOT dengan orangnya yang sederhana membuat air mata jatuh menitis. Oh, Tuhan, mohon ampun, go ata nalan (**).
Akhirnya, telantar di negeri orang. Membayangkan LEWOTANAH LAMAHOLOT dengan orangnya yang sederhana membuat air mata jatuh menitis. Oh, Tuhan, mohon ampun, go ata nalan (**).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar